Sikap Rendah Hati yang Diajarkan Rasulullah SAW?

Sikap Rendah Hati yang Diajarkan Rasulullah SAW?

Diutusnya Rasulullah SAW ke muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, di mana dengan kesempurnaan akhlak akan tercipta sebuah kedamaian. Salah satu akhlak terpuji yang sering Rasulullah SAW contohkan adalah bersikap tawadhu atau rendah hati, yaitu merupakan kebalikan sikap dari sombong.

Banyak manusia yang menjadi sombong karena harta kekayaan, tampang yang rupawan, juga kedudukan yang tinggi. Padahal semuanya tersebut hanya bersikap sementara. Harta kekayaan dan kedudukan tinggi tidak dibawa mati, begitu juga tampang rupawan yang akan hilang dengan berjalannya waktu.
Dari Iyadh bin Himar saudara dari Bani Mujasyi` ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan padaku, ‘Bersikap tawadhu`lah, sehingga seseorang tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan seseorang tidak bersikap sombong (lalim) terhadap orang lain’.” (HR Muslim).
Dengan kita bersikap rendah hati, Allah akan meninggikan derajat kita, namun bila kita bersikap sombong, maka Allah SWT akan merendahkan derajat kita.
Dari Umar ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang merendahkan diri (tawadhu`) semata-mata karena Allah, maka Allah akan meninggikan (derajat)nya, sehingga di mata dirinya ia merasa kecil (rendah), namun di mata orang-orang ia orang yang besar (mulia). Dan barangsiapa berlagak sombong, maka Allah akan merendahkannya, sehingga di mata orang-orang ia kecil (rendah), sedangkan dalam pandangan dirinya ia merasa besar. Padahal dalam pandangan orang-orang, ia lebih hina daripada seekor anjing atau seekor babi’.” (HR Baihaqi).
Sebagai Muslim, hendaknya kita senantiasa menjauhkan diri dari sikap angkuh dan sombong, sebab dengan sifat tersebut kita akan terjauh dari surga-Nya.
Dari Abdullah ra dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada sifat sombong dalam hatinya, walaupun sebesar dzarrah.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW yang merupakan nabi akhir zaman, sangatlah membenci simbol-simbol keangkuhan dan kesombongan.
Dari Anas ra menceritakan, “Tiada seseorang yang paling dicintai oleh mereka (para sahabat) daripada Rasulullah SAW. Anas ra berkata, ‘Akan tetapi apabila mereka (para sahabat) melihat beliau, mereka tidak berdiri (sebagai simbol penghormatan), karena mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai hal itu’.” (HR Tirmidzi).
Selain bersikap tawadhu atau rendah hati, Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk suka memaafkan kesalahan.
Dari Abu Darda` ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tiadalah seseorang yang disakiti badannya oleh orang lain, lalu ia bersedekah karenanya (memaafkannya), melainkan Allah menaikkan derajatnya satu tingkat dan menghapus darinya satu kesalahannya’.” (HR Tirmidzi).
Maksud hadits ini adalah, apabila seseorang melakukan suatu tindakan jinayah (perbuatan yang mengakibatkan badan orang lain terluka), lalu orang yang terluka itu memaafkannya semata-mata karena Allah, maka ia akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadits di atas.
Adapun, bila kita menolak permintaan maaf saudara kita yang sudah jelas-jelas meminta maaf, maka kita akan memperoleh dosa.
Dari Jaudan  ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meminta maaf kepada saudaranya (yang Muslim) dengan mengajukan satu alasan, tetapi ia tidak mau menerima alasannya itu (tidak mau memaafkannya), maka telah berbuat kesalahan (dosa) seperti dosa pemungut cukai (dengan cara tidak adil).” (HR Ibnu Majah).
Dengan suka memaafkan kesalahan orang lain, Allah akan menjadikan kita manusia yang paling mulia.
Dari Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Musa bin Imran as berkata, ‘Wahai Rabb-ku, di antara hamba-hamba-Mu, siapakah orang yang paling mulia dalam pandangan-Mu?’ Allah `Azza wajalla menjawab, ‘Orang yang memaafkan walaupun ia mampu membalas’.” (HR Baihaqi).
 http://www.halhalal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar