~ Tuhan, aku rela melakukannya. Aku ikhlas. Jika itu memang yang terbaik buat Kakak. :)
*
"Sebentar ya, kamu tunggu disini dulu. Mamah mau nelpon Kak Bisma
dulu." ujar seorang perempuan paruh baya beranjak dari duduknya.
"oh, i.. iya, iya Tante. Eh, Mamah.." jawab gadis manis.
Nampaknya, lidah gadis ini masih belum terbiasa untuk menyebut
perempuan paruh baya itu dengan sebutan 'Mamah'. Wajar saja, karna gadis
itu baru 1 jam yang lalu resmi diangkat menjadi anak oleh perempuan
paruh baya itu.
Namanya Nabila Zahrannisa. Gadis manis berlesung pipi ini memang
telah diangkat anak oleh keluarga 'Karyana'. Dan perempuan paruh baya
tadi adalah Casmawati. Ibu angkat Bila.
**
Bila masih merasa canggung berada dirumah Kakaknya, yang menurutnya
lebih besar 2x lipat dibanding panti asuhan tempat tinggalnya dulu. Dia
masih duduk sendiri diruang tamu rumah itu. Tak lama, Mamahnya, Tante
Casma, datang menghampirinya.
"bentar lagi Kak Bisma datang."ujar beliau disertai senyum.
"Kak Bisma itu Kakak angkat aku ya Tan ?"tanya Bila. Pelan. Bila bertanya dengan nada pelan.
"iya sayang.. Kak Bisma itu Kakak kamu. Nama lengkapnya Bisma
Karisma."jawab Tante Casma. Bila hanya mengangguk, tanda dia mengerti
jawaban Mamah angkatnya.
"oh iya, mulai sekarang, biasakan panggil Mamah. Jangan Tante lagi.."sahut Tante Casma.
"Iya Tante, eh, Mamah..."ucap Bila menunduk.
Hening. Suasana hening menyelimuti keadaan diruang tamu megah itu. Tak ada suara. Kecuali detak jam yang sedang berputar.
30 menit kemudian, seorang pemuda tampan tergesa-gesa memasuki pintu
utama rumahnya. Ya, dia Bisma Karisma. Personil Boyband ternama.
"Assalamu'alaikum.."ucapnya.
"Wa'alaikumsalam,"jawab Tante Casma dan Bila serempak.
"maaf Mah, Bisma telat. Tadi jalan macet."ujar Bisma yang langsung duduk disamping Tante Casma.
"ini siapa Mah ?"tanya Bisma menunjuk Bila. Bila yang ditunjuk, hanya
menunduk, tak berani mendongakkan wajahnya menatap Kakaknya, Bisma.
"dia adik angkat kamu, Bisma. Namanya Bila. Nabila Zahrannisa. Cantik kan ?"tanya Tante Casma.
"hah ?? Apa ?? Adik angkat ?? Nggak. Bisma nggak mau. Bisma nggak mau
punya adik angkat. Bisma nggak mau ada yang gantiin Fika disini. Bisma
nggak suka jika ada orang yang mau gantiin posisi Fika. Termasuk DIA
!!"seru Bisma menatap Bila tajam. Bila tersentak kaget. Baru bertemu
saja, Kakaknya sudah tidak menyukainya. Apalagi jika sudah
berbulan-bulan ??
"Bisma !! Jaga omongan kamu. Kamu ingat Bisma. Fika udah nggak ada. Fika udah tenang disana, Bisma."ucap Tante Casma.
"walaupun Fika udah nggak ada, bukan berarti Mamah mengambil dia
untuk dijadikan pengganti Fika. Pokoknya Bisma nggak mau dia jadi
pengganti Fika !!" Bisma.
"Mamah nggak ada maksud buat gantiin posisi Fika, Bisma. Mamah cuma
pengen kamu ada temen lagi. Biar disini, kamu nggak sendirian lagi,
Nak." kata Tante Casma. Bila masih menunduk. Kini, dia menggigit bibir
bawahnya, berusaha menahan tangisannya.
"apapun alasan Mamah, Bisma nggak mau tau. Bisma nggak mau dia jadi
pengganti Bisma !!"seru Bisma berdiri, melangkah menaiki tangga.
"Bisma, tunggu Mamah !" ujar Tante Casma berlari kecil mengejar Bisma.
***
Jam baru menunjukkan pukul 05.59. Terlihat seorang gadis manis menata
meja yang sudah lengkap terisi sarapan pagi. Dia melepas celemek yang
dipakainya untuk memasak tadi. Merapikan sedikit baju Putih-Abu nya,
lalu berjalan menuju dapur.
"Mah, Kak Bisma kalo bangun jam berapa ?"tanya gadis manis ini, Bila.
"coba aja kamu bangunin. Mungkin, Kakak mu ada schedule hari ini."kata Mamahnya, Tante Casma.
"ehm, iya deh Mah. Bila bangunin Kak Bisma dulu ya."ujar Bila berlalu dari hadapan Mamahnya.
**
'tok.. Tok.. Tok..'
Bila mengetuk pelan pintu kamar Bisma.
"Kak Bisma, bangun. Udah pagi.."panggil Bila.
Tak ada jawaban.
"Kak Bisma.. Udah pagi, Kak.."lanjut Bila lagi.
Merasa tak ada respon dari Bisma, Bila pun membuka pintu kamar Bisma yang ternyata tidak dikunci.
Bila mendekati Bisma yang tidur dengan posisi kepala menahan tangan kanannya. Bila sedikit tersenyum melihat Bisma.
"Kak, Kakak.. Bangun gih, udah pagi loh.. Kakak nggak ada schedule ya ?" Bila membangunkan Bisma pelan.
"Kakak.. Ayo bangun. Udah jam 06.00."Bila sedikit mengguncang tubuh
Bisma. Berhasil. Usaha Bila mengguncang tubuh Bisma berhasil. Buktinya,
Bisma sedikit menggeliat.
"Kak Bisma.."panggil Bila.
"ahh. Apaan sih lo. Nggak ada kerjaan banget lo, bangunin gue
pagi-pagi. Nggak ngerti tata krama ya lo ?"hardik Bisma. Seketika Bila
langsung menunduk, mendapat bentakan dari Bisma.
"Bila cuma mau bangunin Kak Bisma doang kok."ujar Bila.
"gue nggak butuh lo bangunin. Gak usah cari muka depan gue !!"seru Bisma keluar dari kamarnya.
***
Bila pergi ke sekolahnya dengan menggunakan sepedanya. Dia sengaja
tidak diantar. Katanya, sekalian menghirup udara pagi. Lagi pula, tidak
ada yang mengantarnya. Mamahnya akan pulang ke Bandung, sedangkan
Kakaknya, Bisma, tidak mungkin mau mengantarnya. Mengingat Bisma yang
terlihat tidak suka akan kehadirannya.
Bila bersekolah di SMA Senyum Semangat, sekolah ternama di Jakarta. Bila masuk di SMA itu berkat beasiswa yang diterimanya.
**
"Kak, kata Mamah, Mamah udah sampai di Bandung. Tadi Mamah nelpon
Kakak, tapi telponnya gak diangkat."kata Bila pada Bisma yang sedang
asyik menonton. Seperti biasa, tak ada respon dari Bisma.
"kata Mamah juga, ntar kalo Kakak mau pergi, jangan lupa makan."lanjut Bila.
"udah ngomongnya ? Telinga gue bisa sakit denger lo ngomong terus.
Ganggu waktu santai gue aja lo. Muak gue liat lo !!"seru Bisma yang
langsung meninggalkan Bila sendiri.
***
Hari-hari dilalui Bila dengan bentakan, sindiran, dan hardikan dari
Bisma. Bila hanya bisa menangis dibelakang Bisma. Kenapa ? Karna, jika
air mata Bila menetes di depan Bisma, Bisma tak segan-segan membentaknya
lagi.
Miris. Sungguh miris nasib yang dialami Bila.
Sebenarnya, sedikit-sedikit, Bisma sudah bisa menerima Bila. Walaupun
tak sepenuhnya. Bisma merasa, jika senyuman Bila mirip sekali dengan
senyum Almh. Fika, adiknya. Tapi, entahlah.. Bisma masih saja terus
membentak Bila.
***
"Kak Bisma kenapa sih selalu bentak Bila. Bila itu bukan mau
mengganti posisi Fika, Kakak. Bila cuma mengganti Fika untuk selalu
disamping Kakak. Bila itu baik, Kak. Tapi kenapa Kakak nggak pernah
sayangin Bila. Kakak jahat. Fika nggak suka Kakak yang kejam. Sayangi
Bila, Kak. Dia butuh kasih sayang Kakak. Pokoknya, Fika nggak mau liat
Kakak bentak Bila lagi"ujar sebuah suara yang entah darimana datangnya.
"Fika !!!"seru Bisma terbangun dari tidurnya. Ya, tadi Bisma hanya
bermimpi. Dengan nafas yang tidak beraturan, dia menyeka keringat yang
mengalir di dahinya.
"apa aku harus ngelakuin itu semua, Tuhan ??"tanya Bisma mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
***
"Kak Bisma, Bila boleh minta jemput nggak ? Ban sepeda Bila kempes
nih Kak. Mau pulang sendiri, dompet Bila ketinggalan di meja makan..
Bila nggak bisa jalan kaki. Soalnya hujannya deras banget."ujar Bila
pada Bisma melalui sambungan telpon.
"tunggu gue 15 menit lagi."kata Bisma mematikan telponnya. Bila
tersenyum menatap handphone-nya. Tak biasanya Bisma mau menjemputnya.
**
"duh.. Kak Bisma mana ya ? Udah 30 menit belum datang-datang juga..
Ya Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Kak Bisma."ucap Bila. Dia
gelisah, dia takut terjadi yang tidak diinginkan pada Kakaknya.
Sungguh baik gadis ini. Tidak ada rasa benci sedikit pun dihatinya. Meskipun Bisma sering membentaknya.
Tak lama, pemuda bertubuh jangkung berjalan mendekatinya.
"Kamu Bila ?"tanya pemuda itu. Bila mengangguk ketakutan.
"lo gak perlu takut sama gue. Gue bukan orang jahat. Gue Morgan, temen Bisma."kata pemuda itu.
"Kak Bisma nya mana Kak ?"tanya Bila.
"Bisma kecelakaan dalam perjalanan kesini. Sekarang, dia ada di RS. Selalu Bersama. Dia sedang ditangani Dokter."ucapnya.
Bila tak percaya. Firasat buruknya tentang Bisma terjadi.
"lo ikut gue sekarang."kata Morgan menarik lengan Bila menuju mobil sport hitamnya.
***
"maafin Bila, Mah, Pah. Ini semua salah Bila. Kalau saja Bila nggak
minta Kak Bisma buat jemput Bila. Mungkin sekarang Kak Bisma masih ada
di basecamp SM*SH. Maafin Bila.."sahut Bila menangis.
"ini bukan salah Bila. Ini kecelakaan."ujar Tante Casma.
"ini salah Bila, Mah.."kata Bila yang masih menyesali diri.
"mending sekarang Bila berdo'a. Semoga tidak terjadi apa-apa sama Bisma."tutur Om Karyana mengelus lembut rambut Bila.
"Keluarga Bisma ?"Tak lama Dokter yang menangani Bisma keluar.
"saya Ibunya, Dok. Bagaimana keadaan anak saya Dok ? Anak saya tidak apa-apa kan ?"tanya Tante Casma.
"maaf bu, Pasien Bisma mengalami kebutaan. Akibat serpihan kaca yang mengenai matanya."terang Dokter.
Mendengar penjelasan Dokter, baik Tante Casma maupun Bila menangis
kencang. Morgan yang saat itu berada disamping Bila, segera memeluk
Bila, bermaksud menenangkan adik dari sahabatnya tersebut.
***
"Gue benci sama lo. Gara-gara lo gue kehilangan mata gue. Pergi lo. Pergi !!"seru Bisma pada Bila, saat dia tau bahwa dia buta.
"maafin Bila, Kak."ucap Bila menangis terisak.
"gue gak perlu maaf lo. Lo fikir aja, apa bisa kata maaf bisa
ngembaliin mata gue ? Nggak kan ? Lebih baik sekarang lo pergi !!"seru
Bisma lagi.
"Bis, udah Bis. Kasihan adek lo."ujar Rafael menenangi Bisma.
"bawa dia pergi dari sini, Coh. Gue gak sudi dia ada disini."kata Bisma.
Bila melangkah menuju pintu. Isak tangisnya masih terdengar. Sebelum
menutup kembali pintu ruang rawat Bisma, Bila mengucapkan kata 'Maaf'
yang kesekian kalinya.
***
2 hari setelah Bisma membentak Bila. Kabar baik diterima Bisma.
Seseorang mendonorkan kedua matanya untuk Bisma. Bila tidak ada ditengah
kabar gembira itu. Tante Casma, Om Karyana, Morgan, Rafael, Reza,
Dicky, Ilham, dan Rangga pun tak tau dimana gadis itu berada. Kasihan
dia, mungkin dia tidak berani datang menjenguk Bisma. Padahal, itu bukan
sepenuhnya salah dia.
**
Operasi berjalan lancar. Setelah masa pengeringan, perban yang
menutupi mata Bisma akan segera dibuka. Raut gembira dari wajah Bisma
terlihat jelas. Sebentar lagi, dia akan kembali menatap dunia dengan
mata barunya.
Sedangkan Bila, sampai sekarang pun, Bila tidak pernah nampak di Rumah Sakit.
Setelah perban matanya dibuka, Bisma langsung bertanya pada Dokter
yang bertubuh gempal itu, siapa orang yang berbaik hati yang telah
mendonorkan matanya pada Bisma.
"dia siapa Dok ?"tanya Bisma.
"dia..."ucapan Dokter itu terhenti. Karna, seorang suster datang dan membisikkan sesuatu pada Dokter itu.
"mari saya antar untuk melihat siapa yang telah mendonorkan matanya untuk anak Bapak dan Ibu."kata Dokter itu.
Bisma, Tante Casma, dan Om Karyana mengikuti langkah dokter menuju
ruang rawat. Tak ketinggalan juga Morgan, Reza, Dicky, Ilham, Rangga,
juga Rafael yang mendorong kursi roda Bisma.
Langkah mereka terhenti di sebuah ruang rawat. Sebelum memasuki ruang rawat, Dokter itu berkata,
"dia pasien sehat yang telah berbaik hati mendonorkan matanya untuk Bisma."
Bisma, Morgan, Rafael, Reza, Dicky, Ilham, Rangga, Tante Casma, dan
Om Karyana memasuki ruang rawat nomor 9 itu. Mereka terkejut, karna kain
putih menutupi seluruh tubuh pasien itu.
Ditengah kebingungan mereka, Dokter Andrean menjelaskan semuanya.
"seminggu yang lalu, dia mendatangi ruangan saya. Dia bilang, dia
ingin mendonorkan matanya buat Kakak tercintanya. Awalnya saya menolak,
tapi dia bersikeras untuk tetap meyakinkan saya. Dia bilang, saya tidak
apa-apa jika hidup tanpa mata. Karna masih akan ada tongkat yang
membantu saya berjalan. Tapi jika Kakak, saya tidak tega melihat Kakak
hidup tanpa mata dan berjalan dengan tongkat. Saya masih ingat
kata-katanya. Sebelum proses operasi, dia sempat menulis surat dan
menitipkannya buat Kakaknya. Setelah operasi selesai, dia mengalami
koma, sampai tadi, sampai ketika suster memberitahu saya bahwa dia telah
tiada..."ujar Dokter itu panjang lebar.
Entah kenapa, Bisma yang selama ini sangat membencinya, kini merasa kasihan, sayang, dan kehilangan.
"Bila !!!"seru Bisma membuka kain yang menutupi wajah Bila.
"Bila bangun.. Maafi Kakak, Bila. Kakak terlalu egois. Kakak minta
maaf. Bangun Bila. Kakak janji nggak bakal bentak-bentak kamu lagi.
Maafin Kakak.."ucap Bisma menyesal.
Bodoh. Menyesal sekarang pun tak berguna lagi.
"Bila bangun.. Jangan tinggalin Kakak. Kakak minta maaf."ucap Bisma lirih.
***
Hujan mewarnai prosesi pemakaman Bila. Rinai hujan membasahi Bisma,
yang tidak rela jika Bila pergi untuk selamanya. Dalam hatinya, dia
menyesal. Sungguh-sungguh menyesal. Menyesali perbuatannya terhadap Bila
selama ini.
Satu per satu para pelayat meninggalkan nisan yang bernama 'Nabila Zahrannisa' tersebut.
***
3 hari kematian Bila, Bisma kembali merasakan kesepian. Dia selalu berandai-andai jika Bila berada disini kembali bersamanya.
Kini, Bisma membaca surat yang Bila tulis sebelum dia menjalankan
operasi. Bisma membuka surat itu, melihat tulisan tangan yang rapi.
Dear Kak Bisma,
Hai Kakak. Apa kabar ? Bila harap, saat Kakak baca surat ini Kakak udah sembuh ya. :)
Kak, Maafin Bila ya. Bila udah masuk dalam kehidupan
Kakak. Bila udah gantiin posisi Kak Fika, dan Bila udah buat Kakak
kehilangan mata indah Kakak.
Bila minta maaaaafff banget. Andai Bila nggak nyuruh
Kakak buat jemput Bila. Mungkin Kakak nggak akan kehilangan mata Kakak.
Maaf ya :(
Maaf juga ya, mata Kakak, Bila ganti sama Bila. Walaupun
mata Bila gak seindah mata Kakak, semoga Kakak mau nerimanya ya. Anggap
itu permohonan maaf Bila.
Oh iya, Kak. Makasih ya, buat waktu 2 bulan ini. Udah
ngizinin Bila buat tinggal dirumah mewah Kakak. Bila seneng banget, bisa
tinggal sama Kakak. Bila juga seneng kok Kakak bentak-bentak Bila.
Soalnya, suara Kakak yang serak-serak basah itu jadi lebih sexy. Hehehe
Bila sayang Kakak. Sampai kapanpun. Kak Bisma adalah Kakak terbaik yang pernah Bila miliki. Love you, Kakak. :)
Bila
**
Setelah membaca isi surat Bila, air mata Bisma menetes. Bisma baru menyadari, betapa sayangnya Bila terhadapnya.
"maafin Kakak ya, Bila. Kakak harap, Bila selalu hadir dimimpi Kakak dan selalu nunggu Kakak di Surga sana. Kakak pasti akan selalu rindu sama Bila. Makasih buat 'Pengorbanan Di Balik Mata Kakak'. Kakak sayang Bila.."ucap Bisma mengusap foto Bila.
THE END
http://cerpencerbungdheanasmashblast.blogspot.co.id "Terkadang, kita baru mengetahui apa arti seseorang itu. Ketika dia sudah tidak ada lagi ada.. ;)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar