Kawasan Kaukasus tepatnya Chechnya dan Daghestan adalah dua tempat
yang bisa dikatakan tidak berhenti bergolak. Pertumpahan darah terus
berlanjut sejak pasukan Beruang Merah masuk ke wilayah itu sejak abad
ke-18.
Tempat ini juga pernah disinggahi para mujahid senior seperti jenderal Khattab rahimahullah, syaikh Aiman Adz-Dzawahiri hafidzahullah dan lainnya. Chechnya dan Dagestan tidak pernah sepi dari para mujahid pembela dienullah.
Perjuangan melawan tentara komunis pun telah berkobar sejak masa
lampau. Dimulai dari Imam Ghazi Muhammad Ismail Al-Gimruni dan diikuti
Imam Hamzah Bik bin Ali Iskandar Bik Al-Hutsali. Kemudian diteruskan
oleh seorang mujahid yang kita bahas pada edisi ini, yaitu Imam Syamil,
sang panglima mujahid dari Kaukasus.
Awal kehidupan Imam Syamil
Lahir pada 26 Juni 1797 M di sebuah kota kecil yang bernama Gimry,
Daghestan. Ayahnya bernama Dengaw Muhammad, seorang tuan tanah yang
zuhud. Ibunya adalah keturunan bangsawan Ghazi Ghumuq yang berasal dari
Ashilta.
Syamil lahir pada saat Rusia melakukan invasi ke daerah kekhalifahan
Turki dan Persia. Sehingga wilayah Kaukasus saat itu sedang bergolak
perlawanan melawan komunis Rusia.
Nama asli Syamil sebenarnya adalah Ali. Namun, karena pada saat itu
kondisinya kritis, namanya diganti dengan Syamuil (syamil) mengikuti
tradisi di tempat itu. Setelah pulih dari penyakitnya, Syamil tumbuh
dengan perawakan yang mengangumkan. Secara fisik, postur tubuhnya cukup
tegap dan tinggi hampir 6 kaki (sekitar 2 meter).
Syamil memang dianugerahi Allah kelebihan bawaan sebagai seorang
pahlawan dan pemimpin umat. Keperkasaannya hampir tidak dapat ditandingi
oleh pemuda lain di zamannnya. Begitu jua kemahirannya menggunakan
senapan laras panjang,pedang, badik serta menunggang kuda terhebat di
daerahnya.
Imam Syamil juga memiliki modal sebagai calon pemimpin yang mumpuni.
Ia adalah seorang yang terpelajar, berdaya juang tinggi, kedisiplinan
yang ketat, ketabahan yang mengagumkan dan mampu menahan diri dari
godaan-godaan dunia
Syamil menikah dengan salah seorang wanita Armenia yang bernama Anna
Ivanovna Ulykhanova (1828-1877). Wanita ini adalah seorang mualaf dan
ketika masuk Islam berubah nama menjadi Shuanet. Shuanet adalah sosok
wanita yang setia dan mendukung perjuangan suaminya.
Pendidikan Imam Syamil
Sejak kecil Syamil telah menjalin hubungan yang akrab dengan Ghazi
Muhammad. Ghazi Muhammad adalah Imam pertama mujahidin Kaukasus melawan
Rusia. Ia menerapkan syariat di Daghestan dan menghasung para mujahid
bangkit melawan komunis Rusia. Pada akhirnya Syamil akan menggantikannya
di kemudian hari. Dua bersahabat ini belajar bersama-sama mengenal tarbiyah diniyah.
Mereka berada di bawah asuhan syaikh Said Al-Harakani, ulama besar
zaman itu. Mereka juga belajar bersama di bawah bimbingan Sayyid
Jamaluddin. Pada akhirnya dua sekawan ini dikader sebagai pemimpin dan
imam oleh syaikh Muhammad Al-Yaraghi.
Sahabat karib Imam Syamil -Ghazi Muhammad- melibatkan diri di arena
politik dan kemudian menjadi pemimpin pertama Daghestan seperti yang
kami sebutkan di atas. Sementara Imam Syamil tidak ikut serta karena
lebih memilih meneruskan taklim dan tarbiyahnya di bawah bimbingan
syaikh Jamaluddin. Setelah beberapa lama barulah Syamil mengikuti jejak
Ghazi Muhammad sebagai panglima perangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar