"Inilah salah satu kehebatan dan
anstusiasme masyarakat Jogja yang membuat tersenyum Menpar Arief Yahya.
Hospatiality Wong Jogja menyambut optimisme pengembangan sektor
pariwisata di sana, luar biasa. “Mengembangkan budaya yang menjadi 60 persen portofolio pariwisata di Indonesia,” kata Menteri Arief Yahya.
Ketika budaya kuat, alam mendukung, maka taruhannya tinggal
kreativitas manmade. Atraksi buatan, yang akan mengikat wisatawan lebih
lama tinggal di Joglosemar, juga menghidupkan low season. “Dan dengan
teknologi digital, semua itu terjawab dengan baik,” ungkapnya.
Kekayaan atraksi di wilayah sekitar Bandara Baru Yogyakarta untuk
mendukung berkembangnya pariwisata, bertambah. Kini, ada ritual Labuhan
Samudra yang bisa menarik wisatawan. Ritual Labuhan Samudra yang digelar
Kelompok Wisata Pantai Pasir Kadilangu, Senin (14/5) merupakan agenda
baru.
Ritual Labuhan digelar di Obyek Wisata (Obwis) Hutan Mangrove Pasir
Kadilangu, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon dalam rangka HUT pertama
Kelompok Wisata Pantai tersebut. Rupanya, atraksi tersebut menarik minat
wisatawan. Buktinya, labuhan itu dipadati ratusan wisatawan. Panas
terik matahari tidak menyurutkan semangat pengunjung obyek wisata yang
terbilang masih gres di Kulonprogo ini.
Pengelola Obwis Hutan Mangrove Pasir Kadilangu, Suparyono
menjelaskan, labuhan samudra digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada
Tuhan Yang Mahakuasa. Syukur atas berbagai anugerah yang dirasakan warga
dan lingkungan sekitar.
Prosesi diawali dengan kirab Gunungan Lanang dan Wadon, mulai dari
halaman parkir Obyek Wisata Pantai Hutan Mangrove, mengitari Pedukuhan
Pasir Kadilangu dan kembali ke objek wisata tersebut. Gunungan
selanjutnya dilarung ke Laut Selatan. Gunungan Lanang terbuat dari
hasil bumi yakni ragam buah-buahan dengan berat sekitar 100 kilogram.
Gunungan Wadon tersusun dari sayur-mayur dan beratnya sekitar 80
Kilogram.
“Gunungan ini semacam simbol limpahan rezeki yang diterima oleh warga
Kadilangu. Setidaknya setelah membentuk Kelompok Wisata Pasir Kadilangu
sejak 15 Mei 2016, Obyek wisata ini kini menjadi salah satu ladang
rezeki bagi warga selain hasil pertanian,” jelasnya.
Ditambahkan, gunungan dikirab oleh pasukan bregodo dengan pakaian
adat Jawa bersenjatakan tombak dan diiringi tetabuhan. Gunungan yang
berat itu dipikul sekitar enam orang. Prosesi ini mampu menyedot
perhatian pengunjung. Mereka ikut mengiring gunungan hingga ke tepi
laut.
Sebelum dilarung, sesepuh desa memanjatkan doa. Setelah itu gunungan
yang ada bebek, angsa, dan ayamnya, dilarung ke tengah laut dan
diperebutkan pengunjung. Setelah itu dua gunungan juga ikut dilarung dan
diperebutkan para pengunjung. Tak pelak para pengunjung mendapat
oleh-oleh seperti kacang panjang, terong, pare, belimbing, buah naga,
jeruk, salak dan jenis buah-buahan lainnya.
Inovasi
Ketua Kelompok Wisata Pantai Pasir Kadilangu, Suparyono menambahkan,
pihaknya terus melakukan inovasi dengan menambah berbagai jenis wahana
sebagai daya dukung pariwisata untuk menarik wisatawan. Tidak hanya
membuat replika Menara Eiffel dari bambu, Lorong Doraemon, Ayunan
Kepompong hingga Jembatan Cinta maupun Jembatan Tempo Dulu, tetapi juga
spot foto berbentuk Kerang Mutiara yang unik dan menarik untuk selfie.
“Wisatawan yang ingin menyusuri Sungai Bogowonto di seputar muara
juga disediakan perahu wisata dengan tarif terjangkau. Ada dua pilihan
rute, rute pendek dan rute panjang sampai sekitar Jembatan Congot.
Hari-hari biasa pengunjung sekitar? 400 orang, tapi saat libur bisa
mencapai 3.000 orang,” imbuhnya.
Pantai Pasir Kadilangu, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo
yang juga menjadi sentra budidaya udang Vannamae ini kini terus
bersolek. Pantai Mangrove ini mulai banyak dikenal wisatawan setahun
terakhir.
Mangrove yang menghijau di sepanjang pantai ini awalnya dipakai untuk
menahan abrasi ganasnya ombak Laut Selatan. Warga, aktivis lingkungan,
sejumlah kampus dan pemerintah bersama-sama melakukan penanaman mangrove
ini.
Pengembangan menjadi Obwis ini kemudian ditangani Kelompok Wisata
Pantai Pasir Kadilangu. Penambahan-penambahan berbagai fasilitas selama
setahun sudah memghabiskan dana swadaya masyarakat mencapai Rp 1,1
Miliar.
Salah satu pengunjung, Mardiyanto, warga Bagelen, Purworejo
mengatakan, ia mendapat informasi acara Labuhan Samudra itu dari teman.
“Tiket masuk dan parkirnya gratis, saya tadi larungan sampai ke pantai.
Saya berhasil mendapat bebek. Rencana nanti kalau sudah di rumah mau
saya sembelih untuk lauk,” ucapnya.
Pengunjung lain, Sri Tegowati mengungkapkan hal senada, acaranya
sangat menarik dan khususnya saat larungan gunungan. “Ini pengalaman
kali pertama saya, saya dapat kacang panjang dan sayur-sayuran, tadi
saya menunggu sejak pukul 07.00 pagi, cukup lama sih, tapi ga menyesal
ini pengalaman pertama saya, sekaligus ngalap berkah,” ungkapnya.
http://berita.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar