"Siapa yang tidak ingin bahagia? semua makhluk didunia ini mendambakan
kebahagiaan. Tetapi yang seperti apakah kebahagiaan tersebut. Berikut
ini adalah indikator-indikatornya sehingga bagi yang bercita-cita, mampu
mengenali apakahh di jalan yang benar atau keliru.
1. QOLBUN SYAKIRUN (hati yg selalu bersyukur).
Artinya selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada
ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang
selalu bersyukur. Kata syukur terambil dari mashdar kata kerja syakaro –
yasykuru- syukron. kata syakaro dapat diartikan ‘membuka’ sehingga ia
merupakan lawan dari kata kafaro/kufur yang berarti ‘menutup’ atau
‘melupakan nikmat dan menutup-nutupinya’. Jadi, membuka atau menampakkan
nikmat Allah SWT antara lain di dalam bentuk memberi sebahagian dari
nikmat itu kepada orang lain, sedangkan menutupinya adalah dengan
bersifat kikir.
Dari pengertian tersebut maka syakaro – yasykuru- syukron dapat juga
diartikan mengandung makna antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya
sesuatu.
(QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7)
2. AL-AZWAJU SHALIHAH (pasangan hidup yang sholeh).
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga
yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga)
akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada
kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami
yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan
anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang
sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam
melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
(QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26)
3. AL-AULADUL ABRAR
Saat Rasulullah SAW thawaf, beliau bertemu dengan seorang anak muda yang
pundaknya lecet- lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya
kepada anak muda itu, “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu, “Ya
Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah
udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia.
Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau
ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” Lalu
anak muda itu bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk
kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”
Nabi SAW memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh ALLAH ridho
kepadamu, kamu anak yang sholeh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu” Dari hadist
tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak
cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun minimal kita
bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang
sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH.
Do’a anak yg sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT,
berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/sholehah.
(QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74)
4. AL-BAIATU SHOLIHAH (lingkungan yg kondusif untuk iman kita).
Kita tentu boleh mengenal siapapun, tetapi untuk menjadikannya sebagai
sahabat, haruslah orang- orang yang mempunyai nilai tambah terhadap
keimanan kita. Sebagaimana Rasulullah yang menganjurkan kita untuk
selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh yang akan selalu mengajak
kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
(QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2)
5. AL-MALUL HALAL (harta yang halal).
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah
bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu
berdo’a sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan
pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya
dikabulkan?” Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena
do’anya akan sangat mudah dikabulkan ALLAH. Harta yang halal juga akan
menjauhkan setan dari hatinya, maka hati semakin bersih, suci dan kokoh,
sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang
halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan
kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup. Berbahagialah orang yang
selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
(QS 2:267, 43:36-37, 2:269, 2:155)
6. TAFAKUH FID-DIEN (semangat untuk memahami agama).
ALLAH menjanjikan nikmat bagi umat-NYA yang menuntut ilmu, semakin ia
belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada
ALLAH dan rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi
hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati
yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan
nikmat iman.
Dengan belajar ilmu agama, akan. semakin cinta kepada agama dan
semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasulnya. Cinta inilah yang
akan memberi cahaya bagi hatinya.
(QS 45:20, 3:138, 5:16, 4:174, 2:269)
7. UMUR YANG BAROKAH.
Umur yang baroqah itu adalah umur, yang selalu diisi dengan amal ibadah.
Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka
hari tuanya akan diisi dengan banyak nostalgia (berangan-angan) tentang
masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power
syndrome).
Artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, setiap detiknya diisi
dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang
Pencipta. Inilah semangat hidup orang2 yang barokah umurnya. (QS 2:96,
35:37, 36:68, 225).
8. MUKHLIS
Ikhlas artinya bersih, suci, murni. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah
orang yang melakukan amal kebaikan karena Allah (Lillaahi ta`ala), tanpa
embel-embel, tanpa mengharap imbalan, pujian, dan penghargaan dari
selain-Nya. Beramal dengan ikhlas tidak akan membuat seseorang mabuk
kepayang oleh pujian pun juga tidak melemah karena hardikan dan cacian
dari manusia.
Orang yang ikhlas dikategorikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wassallam sebagai orang yang beruntung, orang yang sukses, orang
yang berhasil. Sabda beliau, “Berbahagialah orang-orang yang ikhlas,
mereka adalah pelita-pelita hidayah yang dari mereka setiap fitnah yang
gelap menjadi terang.” (HR. Abu Nu`aim).
9. TERKENDALI LIDAH
Ada bunyi pepatah, Lidahmu Harimaumu yang pas menggambarkan betapa
besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh lisan. Ucapan yang terlontar
dari lisan tidak lagi bisa ditarik. Ucapan itu menjadi catatan dalam
kehidupan seseorang.
Lidah memang bentuknya kecil namun akibat yang ditimbulkan begitu
besar, lebih besar dari bentuk lidah itu sendiri. Karenanya, Rasul
memerintahkan kepada kita untuk berkata baik. Kalau kita tidak mampu,
maka diam adalah pilihan terbaik. Di zaman penuh fitnah seperti sekarang
ini, sangat penting untuk mengendalikan ucapan. Tidak melapas dan
melempar ucapan dengan begitu mudah.
Perhatikan dan lihat baik-baik apakah pada ucapan yang akan kita
sampaikan, mengandung manfaat atau sebaliknya. Jika bermanfaat,
sampaikanlah. Jika tidak, tahan dan ini jauh lebih selamat.
Siapa yang mampu mengendalikan lidahnya ia akan tergolong sebagai
orang yang beruntug. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
bersabda, “Berbahagialah orang yang dapat menahan lidahnya…” (HR.
Baihaqi).
10.HATI YAG TENANG
Tiada kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thuma’ninah (ketentraman).
Dan tiada ketenangan dan ketentraman tanpa iman. Allah Ta’la berfirman tentang orang-oranf beriman:
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada). (Qs Al-Fath: 4).
Keimanan melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat
menghindarkan dan memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke dalam
dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan dan kegersangan jiwa. (2)
Keimanan dapat menjadi sumber utama kebahagiaan, yakni sakinah dan
thuma’ninah.
Sehingga di tengah lautan masyakil (probematika) dan krisis hidup
tidak ada jalan keluar dan keselamatan selain Iman. Oleh karena itu
orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan selalu dirundung rasa
takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau.
Adapun bagi orang beriman. Adapun bagi orang beriman tidak ada rasa
takut sama sekali, selain takut kpda Allah Ta’ala. Hati yang dipenuhi
iman memandang remeh setiap kesuliatn yang menghimpit, kerana orang
beriman selalu menyikapi segala persoalan dengan tawakkal kepada Allah.
sedangkan hati yang kosong, tanpa iman tak ubahnya selembar daun rontok
dari dahannya yang diombang-ambingkan oleh angin.
Semoga bermanfaat bagi kita bersama dlm rangka muhasabah diri. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar