٩Peradaban Islam di Indonesia sudah
berlangsung ratusan tahun. Banyak catatan sejarah menyebutkan, Islam
hadir di Nusantara sekitar abad XII. Bahkan, beberapa sumber sejarah
menyebutkan, Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad VII. Dalam
perkembangannya, Islam kemudian menjadi agama yang dianut masyarakat
Nusantara dan kerajaan-kerajaan saat itu. Seiring dengan itu,
tempat-tempat ibadah umat Islam pun mulai didirikan.
Masjid-masjid di Indonesia tumbuh dengan beragam arsitektur. Corak
arsitektur masjid-masjid tua di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
khazanah Hindu-Buddha. Biasanya, masjid-masjid itu memiliki denah bujur
sangkar dan di sisi barat terdapat bangunan yang menonjol untuk mihrab.
Sementara, di dalam masjid terdapat barisan tiang yang mengelilingi
empat tiang induk yang disebut saka guru. Atap masjid biasanya merupakan
atap tumpang (susun), semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling
atas berbentuk joglo. Tak hanya masjid di Jawa, bentuk atap seperti ini
juga diaplikasikan pada masjid wilayah timur Indonesia, seperti Maluku.
Masjid tua atau kuno adalah masjid yang usianya telah mencapai 50 tahun
atau lebih. Di Indonesia, jumlah masjid yang tergolong tua diperkirakan
lebih dari 1.000 buah. Sebagian di antaranya masih berdiri kokoh dan
mampu melaksanakan fungsinya dengan baik, misalnya Masjid Saka Tunggal
di Banyumas (1288), Masjid Tua Wapauwe di Maluku (1414), Masjid Ampel di
Surabaya (1421), Masjid Agung Demak (1474), Masjid Sultan Suriansyah,
Banjarmasin (1526), Masjid Menara Kudus (1549), Masjid Agung Banten
(1552), Masjid Mantingan, Jepara (1559), dan Masjid Palopo (1604).
Masjid Saka Tunggal
Berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, atau 30 km ke arah barat dari Kota
Purwokerto, masjid ini dibangun pada 1288 M, seperti yang tertulis pada
saka guru (tiang utama)-nya. Secara lebih jelas, tahun pembuatan masjid
ini juga tercantum pada kitab-kitab yang ditinggalkan sang pendiri
masjid, yaitu Kiai Mustolih. Sayangnya, kitab-kitab itu hilang tak tentu
rimbanya sejak bertahun-tahun lalu.
Resminya, masjid ini
bernama Masjid Saka Tunggal Baitussalam, namun lebih populer dengan nama
Masjid Saka Tunggal. Dinamakan Saka Tunggal karena masjid ini hanya
memiliki satu tiang penyangga (saka tunggal). Saat ini, bagian bawah
saka itu—tempat terdapat angka tahun didirikannya masjid—dilindungi
dengan kaca. Mengapa hanya ada satu saka? Konon, hal itu merupakan
perlambang bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Berukuran 12 x 18 meter, Masjid Saka Tunggal menjadi satu-satunya masjid
di Pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Walisongo—hidup sekitar
abad XV-XVI. Jika melihat tahun pembangunannya, yakni 1288 M, maka
Masjid Saka Tunggal merupakan masjid tertua di Indonesia. Masjid Wapauwe
Inilah masjid tertua di Maluku sekaligus
menjadi bukti keberadaan Islam di kawasan itu pada masa lampau.
Diperkirakan, Islam mulai bersemi di Maluku pada 1400-an. Nah, masjid
ini didirikan pada 1414 dan masih kokoh berdiri hingga sekarang.
Masjid yang berada di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah ini
masih mempertahankan bentuk aslinya. Tempat ibadah itu dibangun tanpa
paku sehingga dapat dibongkar-pasang. Untuk menyambungkan setiap bagian
bangunan, perancangnya hanya menggunakan pasak kayu. Konstruksi ini
memungkinkan masjid dipindah-pindahkan. Dindingnya terbuat dari
gaba-gaba, yakni pelepah sagu yang dikeringkan. Ketika suatu kali
dilakukan renovasi, setengah bagian dinding kemudian dibuat dengan
campuran kapur.
Meski berada di wilayah timur Indonesia,
terdapat pengaruh arsitektur Jawa di bangunan ini. Hal itu tampak pada
keberadaan saka guru. Atapnya juga dipengaruhi oleh bangunan Jawa, yakni
berupa atap tajuk bertingkat.
Selain usianya yang sudah
sangat tua, masjid ini juga menyimpan mushaf Alquran yang diyakini
merupakan mushaf tertua di Indonesia. Mushaf tersebut ditulis tangan
oleh Imam Muhammad Arikulapessy dan selesai pada 1550. Di masjid ini
juga terdapat Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada 1590 tanpa
iluminasi (hiasan pinggir) dan ditulis tangan pada kertas buatan Eropa.
Imam Arikulapessy adalah imam pertama Masjid Wapauwe. Sedangkan, Nur
Cahya adalah cucu Imam Arikulapessy. Selain mushaf, di masjid ini juga
tersimpan Kitab Barzanzi atau syair puji-pujian kepada Rasulullah SAW,
naskah khotbah, penanggalan, serta manuskrip Islam yang sudah berumur
ratusan tahun. Masjid Ampel
Ini adalah masjid kuno yang berada di bagian
utara Kota Surabaya. Masjid ini didirikan pada 1421 oleh Raden Achmad
Rachmatullah (Sunan Ampel). Saat itu, masjid berarsitektur Jawa kuno
dengan nuansa Arab yang kental ini menjadi tempat berkumpulnya para
ulama untuk membahas penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Masjid
dan makam Sunan Ampel merupakan bangunan tua bersejarah yang masih
terpelihara dengan baik. Struktur bangunan dengan tiang-tiang penyangga
berukuran besar dan tinggi yang terbuat dari kayu, juga arsitektur
langit-langit yang kokoh memperlihatkan bahwa kekuatan bangunan ini
mampu melintasi zaman.
Untuk melestarikan kawasan sejarah ini,
Pemerintah Kota Surabaya telah menetapkan Masjid Ampel sebagai cagar
budaya dan membangun kawasan ini sebagai objek wisata religi. Masjid
Ampel sudah beberapa kali direnovasi dan diperluas, yakni tahun 1926,
1954, dan 1972. Kini, luas salah satu masjid tertua di Indonesia itu
mencapai 1.320 meter persegi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar