"Setiap nabi mendapatkan tugas untuk berdakwah. Mereka menyerukan kepada umatnya agar menyembah Allah.
Di zaman Nabi Nuh, banyak kaumnya yang menyembah berhala. Nabi Nuh
sudah berusaha mati- matian mengingatkan kaumnya agar kembali pada
Allah. Ratusan tahun Nabi Nuh berdakwah. Hanya 80 orang yang mengikuti
seruan dakwah Nabi Nuh.
Tak bosan-bosan Nabi Nuh mengingatkan
tapi sayang, kaum Nabi Nuh tak mau mendengarkan. Mereka justru menghina
Na bi Nuh. Nabi Nuh sudah mengingatkan agar mereka meninggalkan berhala.
Kalau tidak, akan ada banjir besar yang melanda mereka sebagai hukuman
dari Allah. “Nuh kan manusia biasa, sama seperti kami. Mana mungkin dia
bisa mengetahui sesuatu sebelum terjadi,” ejek kaum Nabi Nuh. Mereka
tidak memercayai petunjuk Nabi Nuh.
Nabi Nuh tetap mengajak
kaumnya untuk bertaubat. Petunjuk Allah tidak bisa dipaksakan. Anak Nabi
Nuh yang bernama Qan’an juga tidak patuh. Nabi Nuh sedih, tapi ia tetap
tidak menyerah. Bersama 80 pengikutnya, Nabi Nuh membuat kapal.
Berdasarkan petunjuk Allah, semua yang berada di kapal itu bisa selamat
dari banjir besar.
Rupanya, masih banyak yang menghina Nabi
Nuh ketika ia membuat kapal. “Sudahlah, tak usah banyak bicara. Buktikan
saja kapan banjir besar itu datang,” kata mereka.
Nabi Nuh
bersabar. Ia mengatakan, hanya Allah yang mengetahui kapan banjir itu
akan tiba. Kaum Nabi Nuh tidak percaya banjir besar akan datang karena
laut begitu jauh dari kehidupan mereka. Walaupun sudah dijelaskan
berulang-ulang, mereka masih saja ingkar.
Suatu hari, saat
Nabi Nuh dan beberapa kaumnya yang taat sudah selesai membuat kapal,
petunjuk Allah datang lagi. Dalam Alquran surah Hud ayat 40, Allah
menyuruh Nabi Nuh naik ke kapal.
Semua pengikutnya yang taat
beserta hewan-hewan yang mau mendengarkan petunjuk Nabi Nuh naik ke
kapal. Mereka membawa per bekalan. Hewan-hewan berkumpul.
Seketika, turunlah hujan lebat. Negeri Nabi Nuh terkena banjir besar.
Orang-orang yang ingkar hanyut bersama banjir, termasuk putra Nabi Nuh.
Dari jauh, tampak Qan’an berusaha menyelamatkan diri ketika banjir
mulai datang. Nabi Nuh masih mengajak anaknya agar mau naik ke kapal.
Sayang sekali, Qan’an bersikap sombong. Ia tak mau naik ke kapal. Ia
memilih berenang dan naik ke gunung. Walaupun putra nabi, Qan’an yang
ingkar kepada Allah ikut meninggal terseret banjir.
Keesokan
paginya, langit cerah. Hujan berhenti. Air telah surut. Saat itu, kapal
Nabi Nuh sudah sampai di wilayah Armenia. Nabi Nuh beserta kaumnya
mengucapkan syukur kepada Allah. Mereka memulai kehidupan baru dalam
naungan rahmat Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar