LAILATUL-QADAR السلام عليكم ورحمة اللّٰه وبركاته بسم اللّٰه الرحمن الرحيم الحمد لله رب العلمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين امابعد Sahabat AD-DU'A yang dirahmati Allah,
Maha
Besar Allah, Tuhan alam semesta, yang telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk berpuasa di Bulan Ramadhan. Dengan kemurahan-Nya,
Allah telah menebarkan rahmat, kasih sayang, dan ampunan di bulan suci
ini. Selain itu, sebagai bentuk perwujudan cinta-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang taat, yang istiqamah dalam menjalankan ibadah
selama satu tahun yang puncaknya berada pada ibadah-ibadah mulia di
Bulan Ramadhan, maka Allah akan memilih di antara hamba-hamba-Nya untuk
menerima anugerah agung: LAILATUL-QADAR.
Sahabat, sudah barang
tentu, untuk meraih lailatul-qadar itu tidak mudah; diperlukan
perjuangan yang berat, dengan menghidup-hidupkan malam untuk
qiyamul-lail, tadarus Al-Qur'aan, i'tikaf, berdzikir, dan bershalawat.
Bagi seorang hamba, secara khusus, waktu-waktu yang mulia itu hendaklah
dipergunakan untuk MENGETUK PINTU LANGIT, MENGGAPAI NURULLAH, MENYIBAK
PINTU MAHABBAH.
TAFSIR JALALAIN QS. AL-QADR
إِنَّآ أَنْزَلْنٰهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) (1)
"(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya) yaitu menurunkan Alquran
seluruhnya secara sekali turun dari lohmahfuz hingga ke langit yang
paling bawah (pada malam kemuliaan) yaitu malam Lailatulkadar, malam
yang penuh dengan kemuliaan dan kebesaran."
وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) (2)
"(Dan tahukah kamu) Hai Muhammad (apakah malam kemuliaan itu?)
ungkapan ini sebagai pernyataan takjub atas keagungan yang terdapat pada
Lailatulkadar."
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر (٣) (3)
"(Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan) yang tidak ada
malam lailatulkadarnya; beramal saleh pada malam itu pahalanya jauh
lebih besar dan lebih baik daripada beramal saleh yang dilakukan selama
seribu bulan yang tidak mengandung malam lailatulkadar."
تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) (4)
"(Turunlah malaikat-malaikat) bentuk asal dari lafal Tanazzalu adalah
Tatanazzalu, kemudian salah satu huruf Ta-nya dibuang, sehingga jadilah
Tanazzalu (dan Ar-Ruh) yakni malaikat Jibril (di malam itu) artinya pada
malam kemuliaan/lailatulkadar itu (dengan izin Rabbnya) dengan perintah
dari-Nya (untuk mengatur segala urusan) atau untuk menjalankan
ketetapan Allah buat tahun itu hingga tahun berikutnya, hal ini terjadi
pada malam kemuliaan itu. Huruf Min di sini bermakna Sababiyah atau sama
artinya dengan huruf Ba; yakni mereka turun dengan seizin Rabbnya
dengan membawa segala urusan yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk
tahun itu hingga tahun berikutnya."
سَلٰمٌ هِىَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥) (5)
"(Malam itu penuh dengan kesejahteraan) lafal ayat ini sebagai Khabar
Muqaddam atau Khabar yang didahulukan, sedangkan Mubtadanya ialah
(sampai terbit fajar) dapat dibaca Mathla'al Fajri dan Mathla'il Fajri,
artinya hingga waktu fajar. Malam itu dinamakan sebagai malam yang penuh
dengan kesejahteraan, karena para malaikat banyak mengucapkan salam,
yaitu setiap kali melewati seorang mukmin baik laki-laki maupun
perempuan mereka selalu mengucapkan salam kepadanya."
KHABAR:
و
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كِلَاهُمَا عَنْ
ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ
عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ سَمِعَا زِرَّ
بْنَ حُبَيْشٍ يَقُولُا سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ
الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ
أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي
رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ
سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ
وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا
الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ
يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا Dan Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Hatim dan Ibnu Abu Umar keduanya dari Ibnu Uyainah - Ibnu
Hatim berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari
Abdah dan Ashim bin Abun Najud keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy
berkata, saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya
katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang
menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan
malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah
merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal.
Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan
Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua
puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul
Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya,
"Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia
menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa di hari itu
matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat." (HR.
Muslim: 1999)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ
سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ عَنْ كَهْمَسِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا
أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Ja'far
bin Sulaiman Adh Dhuba'i dari Kahmas bin Al Hasan dari Abdullah bin
Buraidah dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku
mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan
padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; ALLAAHUMMA INNAKA 'AFUWWUN
KARIIMUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan,
maka ampunilah aku). Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan
shahih. (HR. Tirmidzi: 3435)
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ
عُيَيْنَةَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ
أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ صُبَيْحٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ
وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ Telah menceritakan
kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali dan Ibnu Abu Umar semuanya
dari Ibnu Uyainah - Ishaq berkata- telah mengabarkan kepada kami Sufyan
bin Uyainah dari Abu Ya'fur dari Muslim bin Shubaih dari Masruq dari
Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau
menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan
keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk
lebih konsentrasi beribadah)." (HR. Muslim: 2008)
Wallahul muwaffiq illa aqwamith-thariq. Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar